Menurut Ketua Umum Partai Nasdem, Patrice Rio Capella, sosok JK memiliki gaya kepemimpinan yang hampir sama dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.
Menurutnya, survei JK yang lebih tinggi dari Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) disebabkan karena JK banyak melakukan terobosan-terobosan, serta dianggap tidak mengikuti pakem pejabat publik yang ada sekarang. “Dia seperti Jokowi dalam scope nasional,” kata Patrice di Jakarta, Rabu (24/10/2012).
Bukan hanya JK, mencuatnya Priyo Budi Santoso yang menyodok di posisi ketiga dalam elektabiltas tokoh-tokoh Partai Golkar, juga diamati oleh Partai Nasdem. “Sepanjang Priyo sahabat saya, berani membuat gebrakan, yang memberikan harapan kepada publik,” sambungnya.
Patrice mengatakan awalnya banyak orang yang meragukan figur alternatif seperti Jokowi. Namun gebrakan yang dilakukan Jokowi membuat dia memenangi Pemilukada DKI Jakarta. “Tokoh seperti ini yang akan kita cari di Pilpres 2014,” tegasnya.
Dalam survei yang dilakukan Political Weather Station (PWS) terhadap tokoh-tokoh di Partai Golkar, elektabilitas JK menempati posisi teratas dengan 22,14 persen. Aburizal hanya menempati urutan kedua dengan 16,35 persen.
Dan yang cukup mengagetkan adalah mencuatnya Priyo Budi Santoso ke posisi ketiga (12,24 persen). Priyo mengungguli seniornya di Partai Golkar seperti Akbar Tandjung (11,21 persen), Fadel Muhammad (9,81 persen), Agung Laksono (4,48 persen), Hajriyanto Tohari (0,46 persen), Sharif Cicip (0,09 persen). Adapun responden yang menjawab rahasia (4,39 persen) dan undecided (18,83 persen).
Hasil survei lembaga Survei Nasional (LSN) juga menyebut JK masih mengungguli Ical. Dalam paparan surveinya, LSN secara berurutan menyebut elektabilitas tertinggi ada di Prabowo Subianto (20,1 persen) dan Wiranto (12 persen).
Adapun tokoh-tokoh sipil berada di bawah keduanya, yakni Jusuf Kalla (9,4 persen), Megawati Soekarno Putri (8,8 persen), Aburizal Bakrie (7,1 persen), Sri Sultan Hamengkubuwono X (6,3 persen), Mahfud MD (5,8 persen), Joko Widodo (4,7 persen), Surya Paloh (3,3 persen), Dahlan Iskan (2,6 persen), Hidayat Nur Wahid (1,7 persen), dan Hatta Radjasa (1,2 persen).
Tokoh lain adalah Sutiyoso (0,8 persen), Suryadharma Ali (0,6 persen), Kristiani Herawati (0,4 persen), Anas Urbaningrum (0,3 persen). Terakhir tokoh militer yang masih aktif yakni Pramono Edhie Wibowo (0,1 persen).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP PPP, Lukman Hakim Saifuddin menilai capres alternatif di Indonesia sulit muncul antara lain karena terhalang regulasi. “Dalam UU Partai Politik dan dan UU Pemilu Presiden hanya partai politik yang memiliki otoritas untuk mengusung calon presiden,” paparnya.
Di sisi lain, partai politik cenderung mengusung kader internal, padahal jumlahnya terbatas. Belum lagi adanya rambu-rambu persyaratan presidential threshold yang pada pembahasan RUU Pemilu Presiden ada partai-partai politik yang mengusulkan angka 15 hingga 20 persen.
Dikutip dari www.okezone.com